Bagi yang pernah ke Dieng dan menyempatkan diri berkunjung ke
Desa Tertinggi di pulau Jawa yaitu desa Sembungan , tentunya pernah juga
melihat telaga Cebong sembungan yang apabila dilihat dari puncak bukit
Sunrise indahnya luar biasa dan sulit dicari tandingannya.
Telaga Cebong sendiri merupakan
sebuah telaga yang bentuknya mirip Berudu, sehingga warga sekitar memberi
nama dengan Telaga Cebong, Telaga ini dulunya pernah menggemparkan
masyarakat disekitar Kabupaten Wonosobo,karena dipercaya terdapat ikan
yang
luar biasa besarnya,
luar biasa besarnya,
Beberapa tahun lalu telaga
cebong sempat direhabilitasi dengan pengerukan menggunakan alat berat
untuk memperluas sisi-sisi telaga yang sudah tersedimentasi dan tumbuh
gambut disekitarnya, pada proses ini ditemukan juga kayu-kayu dengan
ukuran sangat besar didalamnya yang seharusnya dapat dijadikan bahan
kajian dan pembelajaran bagi generasi sekarang, akan tetapi karena
keserakahan akhirnya kayu ini dipotong-potong oleh pemborongnya
untuk dijual sebagai kayu bakar, jenis kayu ini cukup langka untuk sekitar
kawasan Dieng, warnanya hitam, kerasnya luar biasa, dan beratnya mirip
besi, Pada waktu itu saya sempat marah-marah mengetahui ulah pemborong
nakal tersebut, dan saya mengkomunikasikannya dengan kepala desa dan ketua
BPD setempat sampai akhirnya sisa-sisa kayu yang dibawa tersebut akhirnya
dibiarkan saja dan dipasang disekitar dermaga prahu.tapi yang terbawa
sudah beberapa truk.
Disisi lain keberadaan telaga
cebong beserta keunikan tersembunyi tersebut, masih jarang sekali yang
mengetahui kalau ternyata di Sembungan ada 2 (dua)telaga, telaga yang satunya
adalah telaga Wurung yang berada di puncak gunung pakuwojo, tepat
disekitar batu yang mirip dengan paku atau orang sekitar
sering menyebutnya pakuwojo( paku baja).
Menurut penuturan kang Sagi( 40
th) dan ahmad irfan ( 39 th) warga sembungan,cerita yang berkembang dan
dipercaya oleh warga desa sembungan, dulu pada proses pembangunan /
pembuatan telaga tersebut merupakan sebuah lomba dari seorang bapak sakti
yang memiliki dua anak laki-laki, lomba tersebut menjadi ajang persaingan
antara kakak beradik untuk mengadu kesaktian masing-masing, kakaknya yang
terkenal rajin bekerja dan sakti mandraguna, memilih posisi paling puncak
dari Desa sembungan yaitu di sekitar pakuwojo, sedangkan adiknya yang
pemalas memilih tempat yang lebih dekat yaitu dibawah sebelah barat bukit
sikunir, waktu yang ditentukan telah tiba kedua kakak beradik tersebut
Sudah mempersiapkan diri.
Pagi-pagi buta sebelum ayam
berkokok sang kakak berangkat terlebih dahulu ke lokasi yang dipilih dan
memulai pekerjaannya, sedangkan si adik yang pemalas masih tidur sampai
matahari cukup terik muncul dari bukit Sikunir, sang adik terlihat sangat
santai karena ternyata menyimpan sebuah rencana jahat terhadap pekerjaan
kakaknya.dia yakin betul pasti akan memenangkan perlombaan.
Matahari semakin condong ke
barat, pertanda waktu semakin sore, pekerjaan sang kakak hampir selesai,
bahkan airnya yang tersimpan dari akar-akar pohon disekitar Pakuwojo mulai
mengalir, sampai akhirnya hampir memenuhi kubangan / telaga yang dia buat.
sementara sang adik tampaknya belum bisa sepenuhnya menyelesaikan
pekerjaannya, lokasi yang ada disebelah selatan belum tergarap juga bahkan
dari bentuknya mirip berudu, dia tidak juga memperhatikan darimana airnya
akan dia dapatkan, disela-sela pekerjaannya sang adik mulai melancarkan
niat jahatnya , dengan cara naik ke puncak pakuwojo, dan menemui kakaknya,
dia mengatakan bahwa kakaknya lah yang menang, dan sebagai hadiah bapaknya
sudah mempersiapkan hidangan daging ayam yang sangat lezat dan
akan mempertemukan dengan calon istri yang cantik jelita,
Percaya dengan kabar dari
adiknya , sang kakak bergegas pulang menuju rumahnya dengan hati yang
berbunga-bunga karena dalam benaknya sudah tergambar hadiah apa yang akan dia
terima.
Melihat situasi yang bagus
tersebut mulailah sang adik melancarkan rencananya dengan cara membobol telaga
buatan kakaknya agar airnya mengalir ke telaga yang dia bangun, dan
ternyata berhasil dengan sangat sukses. Telaga yang dibangun kakaknya
kering dalam waktu yang tidak terlalu lama dan telaga yang dia bangun
sekarang sudah berisi air bahkan meluap sampai tepian telaga.
Malam itu sang adik tidak
pulang kerumah, tapi tetap berada di pinggir telaga yang dia bangun dalam
keadaan seperti orang sedang bersemedi ,sampai keesokan harinya bapaknya
mencari kepinggir telaga dan menyatakanbahwa pemenang dari lomba tersebut
adalah sang adik yang berhak mendapat hadiah pernikahan dengan Calon istri
yang cantik jelita.
Sampai sekarang telaga yang
dibangun oleh sang kakak tetap mengering dan penduduk sekitar memberi nama
dengan sebutan telaga Wurung ( telaga yang tidak jadi), dan dibagian atas
dekat dengan pakuwojo terdapat goa pertapaan yang sampai hari ini setiap tahun
dikunjungi oleh sesepuh Dieng untuk melakukan Ritual .
Ternyata di Sembungan ada dua
telaga, ini hanya cerita dari mulut kemulut yang dipercaya oleh warga
setempat, benar atau tidaknya sulit untuk dilacak, yang jelas moral cerita
ini cukup bisa dijadikan sebagai bahan pemikiran tentang sebuah
persaingan, kekeluargaan, konstruksi bangunan, cara untuk mencapai sebuah
tujuan dll.
Cerita ini dirangkai dan
disarikan dari sumber warga desa Sembungan
0 komentar:
Posting Komentar